June 29, 2006

Share aja kok :)

Bismillahirrohmaanirrohim


Tergelitik dengan tulisan Mba Wati.
tentang Inner beauty. (Berkenaan dengan seorang wanita yang sedang menanti si-Pangeran putih nya).

Wajar memang, kita terkadang sering merasa kan kecemasan dan kegelisahan. Cemas akan masa depan yang tidak pasti serta gelisah melewati hari-hari. Sebenarnya kecemasan dan kegelisahan itu lebih tepat sasaran pada masa depan kita diakhirat kelak, itu semua bergantung pada apa yang sedang kita kerjakan saat ini ( saat kita di dunia )

Dalam Al Qur'an, Allah SWT menjamin kebahagiaan masa depan kita dengan satu syarat :
tetap istiqomah ketika menghadapi kendala apapun dalam kerangka menegakkan Kalimatullah fil Ardh serta tetap berpegang teguh pada ajaranNya.

Sebenarnya kekuatan seorang muslim terletak pada seberapa besar dirinya mengikut sertakan Allah dalam segala urusannya. yaitu selalu berdzikir kepadaNya, sehingga manakala muslim ini berdzikir selalu dalam ke-kontinue-annya, Allah pun membalasnya dengan selalu mengingat sihamba ini dalam diriNya.( Al Qur'an ).

Dengan kata lain pula kesuksesan kita dapat diraih,hanya karena selalu mengedepankan/menyertakan Allah dalam setiap langkah kita. Allahu Akbar, segala sesuatu dilangit dan dibumi tidak dapat memberi mudharat apa-apa selama beserta dengan namaNya ( al hadits ).


Cuma...ada cumanya?...pada tatanan realita,kita selalu saja dihantui kecemasan,kesedihan,maupun kekecewaan hanya karena kenyataan (peristiwa) sering tidak/belum sesuai dengan yang kita harapkan, seperti halnya kisah seorang wanita yang belum menikah dan menolak khitbah seorang lelaki sholeh dikarenakan menginginkan si pangeran putih yang datang.

Itupun, kadang pertanyaan menyapa diri Ve. Kebanyakan seh menanyakan kok bisa menikah dengan seorang muslim 'Bule'.
Ve sendiri kurang nyaman memakai kata 'bule', karena..kita semua dihadapan Allah sama aja, tidak melihat suku,warna kulit,status ato apapun pada hambaNya melainkan ketakwaannya.

Seperti hari weekend kemarin, Ve dan suami,hal yang biasa bersama-sama kami lakukan adalah mempunyai jadwal tilawah ( membaca ) Al Qur'an. Tapi pekan ini kami malah berdiskusi tentang banyak hal, suami senang sekali berdiskusi panjang lebar tentang bagaimana seorang muslim mengaplikasikan arti syahadat dalam kehidupannya. Hingga timbul pertanyaan pada suami,bagaimana pula seorang muslim yang shalat 5 waktu,puasa,dsbnya...tetapi attitude nya terhadap manusia ( hablumminannas ) tidak bersesuaian dengan apa yang telah dia lakukan. Diskusi kami cukup hangat, hingga akhirnya kami sepakat dalam satu hal : Sesungghnya Alloh SWT menilai sebuah proses bukan hasil. Al-Qur’an menyebut kata “Amal” untuk pengertian proses ini. Al-Quran mengatakan I’maalu (bekerjalah kalian) fasyayarolloohu ‘Amalakum Warosuuluhu Wal-Mu’minuun. Niscaya Alloh, rosul, dan orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu (proses). Al-Qur’an tidak mengatakan Fasyayarolloohu Najaahakum, yang artinya; kesuksesan atau keberhasilan melainkan “amalakum” yang berarti pekerjaan yakni proses. ( tolong koreksi jika arabnya salah yah :)...maaf )

Loh, jadi apa sebenarnya keterkaitan tulisan diatas dengan penjelasan Ve ini ?..:)

Keterkaitannya begini :

Sering kita merasa kan ketidak adilan , masya Allah..atau kadang ada saja pertanyaan menyelinap 'kenapa?', padahal setiap peristiwa haruslah disingkapi dengan sikap positif dalam diri kita,agar energi positif itu juga yang akan mengelilingi diri kita. Karena setan selalu berusaha menyeret kita pada jurang kekhilafan. (masya Allah ). Disini lah Ve melihat sebuah proses panjang untuk meraih keridhaan Allah.

Kita tidak bertanya kepada Allah atas apa yang telah Dia berlakukan kepada kita, tetapi kelak kitalah yang diharuskan mempertanggungjawabkan atas yang telah kita lakukan didunia.

Masalah rejeki,jodoh,lahir dan kematian itu semua hak Allah SWT ..dan kewajiban kita hanya menjalani proses tersebut . Jika datang kepada kita entah itu pangeran putih atau bukan..asalkan basicly ( dasar ) ada kemauan (proses) untuk menjadi pribadi yang sholeh...terima lah.

Tidak ada kesombongan atau kebanggaan buat siapapun seorang wanita yang menikah dengan 'bule' , tidak juga harus menunggu datangnya seseorang yang mesti lebih agama(diennya) dari kita ( para akhwat ) jika kita lebih dituntut untuk menjadi juru dai'yah untuk umat ini. Menjadi generasi perubah( agent of change ) untuk sekeliling kita.
Karena semuanya itu kembali kepada kita, bisakah tetap istiqamah dalam kalimahNya menjalani proses bukan menanti datangnya hasil yang akan dicapai nanti.

Masalah hasilnya, Insya Allah kita serahkan kepada Yang Maha Mengetahui ( Allah Rabbul Izzati ).

Keberhasilan itu bukan hasil yang kita peroleh di dunia melainkan sejauhmana proses kita berusaha bekerja keras dengan ikhlas, sabar, dan istiqomah, mampu bersabar (bersikap positif) tatkala menghadapi kegagalan, kesulitan atau mendapatkan sesuatu yang bertentangan dengan harapan, bersyukur dan tidak ujub tatkala meraih kesuksesan, bila seorang muslim sombong dengan keberhasilan yang diperolehnya maka itulah kegagalan yang sesungguhnya.

Jadi kegagalan sebenarnya adalah ketika seorang muslim sudah sombong dengan apa yang diperolehnya dan putus asa dengan yang hilang dari dirinya. Karena pada hakekatnya semuanya adalah milik Alloh, bila kita sukses itu bukanlah karena kepintaran dan kehebatan kita, melainkan karena kehebatan dan pertolongan Alloh swt, sehebat dan sepintar apapun kita tanpa pertolongan dari Alloh swt tidak akan dapat berbuat apa-apa, kekuatan hanyalah dari Alloh swt.


"Kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikannya kepadamu (Al-Hadid :23)
Walloohu A’lam Bishshawaab.

nb : Hayah, ..maaf kalau kurang berkenan...sebenarnya Ve cuma tergelitik atas tulisan Mba wati,plus sebelumnya Ve dan suami berdiskusi panjang lebar tentang berkenaan 'proses' belajar seorang muslim. :)

8 comments:

Mother of Abdullaah said...

Penjelasannya panjang x lebar eh panjang lebar yaa, hehe... Tapi bagus kok, Ver. Btw, kapan nih aku diajarin ngutak ngatik blog? Soale tampilan blogku di komputer kok agakz berantakan :D Hellllppppp needed :P

Anonymous said...

Emang bener, point bagus juga: Proses. Insya allah, proses menjadi muslim dan manusia yang lebih baik berjalan sepanjang masa.

Insya Allah, jika kita renungkan dengan hati terbuka, tidak akan ada yang tersinggung karena niatnya kan bukan untuk menyinggung. Itu untuk perenungan siapa saja, karena ternyata pembaca blog itu bukan hanya yg dilist friend kita, tapi lebih dari itu, karena kita ada di Google. Believe me! setidaknya dah banyak komment2 ke mailku, baik yg enak dan tidak enak...hehehe tapi itu bikin semangat: Ayoooo Menulis!!!

Anonymous said...

bagus banget tulisannya ve...udah baca juga tulisannya wati....mmm..emang ya...u/ yg keinginannya belum juga terkabul...dengan kata lain, sama sekali belum ada tawaran...belum ada pinangan...selalu dihantui pertanyaan, kenapa...dan kenapa...
disisi lain, buat yang udah ada tawaran...tapi ga sesuai keinginan...malah menolak dan masihhh...terus berharap dan bertanya, kapan datangnya "yang sesuai harapan"...
padahal....padahal nih ya....Allah mengabulkan permintaan hambaNya dengan 3 cara...

1, langsung mengabulkannya
2, menundanya sampai waktu yang tepat (di mata Allah), dan
3, mengGantinya dengan Yang lebih baik dari yang dia minta.

jadi...bisa saja kita anggap sesuatu itu baik, padahal buruk dimata Allah...dan bisa saja kita anggap sesuatu itu buruk,..padahal...itulah yang terbaik buat kita..
Allah maha mengetahui....sementara kita sama sekali buta thd hal2 di masa datang..semampu apa kita bisa menjalaninya...

hehehe..jadi tergelitik juga berpanjang lebar..afwan ya ve...;)

"hidup memang sering berjalan, tidak sesuai impian...tapi kalau kita bisa ikhlas menjalaninya tanpa berharap lebih dari yang kita terima,..di ujung hari..kita sendiri akan tersadar,..bahwa Allah sudah memilihkan yang terbaik di antara yang baik, untuk kita..."

Anonymous said...

Betul sekali Ve...Jodoh di tangan Allah ya. Tapi pada dasarnya Nia setuju sama mbak wati, buat apa menolak pangeran gara-gara dia bukan bule. Padahal dimata Allah aja semua manusia sama yg berbeda amalnya :)

Anonymous said...

Hakikatnya semua kembali ke Alloh. Kulit 'putih', berwarna hingga yg hitam legam, bukan kita yg menentukan, hanya Alloh yg berhak menempatkan dimana & pada keturunan siapa kita lahir di bumiNya. Jodoh adalah rahasiaNya jua. Dunia ini memang cobaan, dan manusia cinta akan keindahan fisik-jiwa serta kemewahan harta. Istiqomah dlm ber-dzikruLlaah adalah pekerjaan yg tidak ringan tp hrs tetap dilakukan. Salam hangat dr Bogor
:)

ummu raisah said...

jatuh cinta lah karena Allah....^_^

Ina said...

Wah sebenernya Ina tergelitik untuk baca tulisan mbak Wati, tp FS diblockir jd ga bs.
Well, bettul kata ummu raisah, Mencintalah krn Alloh, karena apapun yang ada di pasangan kita itulah diri kita, dan Allohpun akan senantiasa menaungi kita dg cintaNya....

Ummu Aisyah said...

@ Untuk semuanya, terima kasih udah kasih opini...ternyata tergelitik semua yah...hehehe,geli ndak?.
Yah semua berawal dari Cinta kepada Allah swt dan RasulNya serta mencintai suami karena Nya .
Idem lah.

Thanks
Vera