February 21, 2006

Senja ini

siapa saya yang bisa menilai ketulusan seseorang, atau menghakimi tulus tidaknya seseorang? (satu kalimat yang saya baca dari tulisannya mba Asma Nadia di Blog nya.)

Sempat termenung juga ketika membaca tulisan ini.
Terserah mungkin sahabat akan berpikir sesuatu dengan diri saya setelah membaca pemaparan ini.

Contoh sederhana adalah percakapan saya senja ini dengan suami.

Suami saya terkadang selalu berusaha memberikan penjelasan yang terbaik untuk saya, jika ada beberapa hal yang tidak sependapat, Dia selalu bilang : "Please,jangan ambil ini secara personal, karena ketika kita berbeda dalam sebuah pandangan bukan berarti cinta saya tidak tulus.Ketulusan bukan dinilai dengan definisi dan batasan yang kita inginkan, semisal ketika kita beda dalam menyingkapi sebuah permasalahan. Itu bukan berarti rasa cinta saya tidak tulus padamu".

Hm....mungkin suami tau terkadang perasaan saya akan lebih sensitif akhir-akhir ini.

Tapi saya bersyukur pada Allah SWT, atas semua yang saya jalani....kadang saya mengukur diri saya dan kesanggupan saya.

Rasa-rasanya ingin sekali 'run away'.....hihihih..lagi-lagi emosional yah....maksudnya saya tidak suka menunda-nunda masalah hingga berlarut-larut, tapi saya akan menghilangkan masalah. Yang terbaik seharusnya mencari penyelesaian dan jalan keluar dari masalah, bukan meniadakan masalah..tapi memecahkan masalah yah ( batuuu kaleee...:D ).

Seperti saat ini dirumah kami mempunyai komputer sendiri-sendiri, suami disebelah saya dengan keasyikkan nya bermain World of craft.

Saya sendiripun asyik browsing ke blog-blog teman, membaca artikel dsbnya.

Ketika saya membaca artikel tentang persiapan-persiapan orangtua menyambut datangnya seorang anak.

Banyak sekali yang menjadi pikiran saya, terutama dalam bekal saya dan suami membesarkan seorang anak yang lahir dari buah cinta kami, seorang anak yang Allah titipkan kepada kami, dan kelak akan dipertanggungjawabkan.

Tentu bekal dan kesiapan bukan hanya sekilas lalu saja...bukan cuma kesiapan memperhatikan materi seperti membeli popok, troly bayi, membeli baju2 bayi , dsbnya.
Tetapi lebih penting adalah kesiapan kita sebagai orangtua untuk mengenali anak kepada Tuhannya, kepada Allah SWT.

Dulu sempat saya ikut kajian yang diadakan FAHIMA radiotarbiyah jepang, saat itu pembicaranya adalah Mba Neno Warisman dengan tema : Anakku, kenalilah Tuhanmu.
Para muslimah yang sudah mempunyai anak pasti sadar akan sikap kritis anak-anak, mereka akan mempertanyakan apa saja tentang Rabbnya....Tuhan semesta alam.

Dan kita tidak bisa menberi jawaban seenak kita menjelaskan kepada seorang manusia dewasa.
Hmm..ini lah perkara yang sungguh membutuhkan ketekunan orang tua untuk selalu belajar dan mencari ilmu.

Seperti saat ketika saya dan suami duduk bersebelahan dengan keasyikkan masing-masing, saya sering menyampaikan sesuatu hal dari hasil membaca artikel, biasanya suami kadang suka antusias menimpali atau terkadang memang jawabannya cuma simpel saja.

Seperti pertanyaan berikut : "Semisal anak kita nanti bertanya sama kamu tentang Allah SWT, dan tentang sekeliling kita. Apa yang akan kamu jawab?Bagaimana cara kamu menjelaskan dan memupuk rasa empati anak kepada sesama saudaranya? juga bagaimana mengenalkan anak kepada Allah SWT ?".

Begini jawab suami : " Saya akan katakan jawabnya nanti yah sama ibu. ( sembari meringiis..), duh...kalo nanti saya akan menjelaskan bagaiman caranya bermain games".

Glekksss....Grrrrrrrrrr.....asal aja deh nih si Abang...????( dalam hati nih aku nyeletuknya...)

Terus dia meneruskan : " Aku rasa cara yang kita pakai dalam mengenalkan dan menjawab pertanyaan anak nanti akan berbeda...tetapi yakinlah bukan berarti saya tidak peduli...saya juga akan berusaha memberi jawaban yang pantas..dan saya rasa ibunya akan lebih dekat karena peran ibu lah sebagai madrasah( sekolah ) pertama buat anak-anak.".

"Hmmm..gitu yahhh...tapi bukan saja diserahkan ama ibu semata yah....tapi ke dua belah pihak.Seorang bapak juga akan menjadi memimpin keluarganya...menjadi leader untuk anak serta istrinya.Dia adalah garda terdepan atau pionner.. ," lanjut saya menanggapi jawaban suami.

Jadi saya pikir, sebagai orang tua, kita harus membekali diri kita dan mempunyai persepsi yang sama dalam mendidik anak-anaknya.Jangan nanti kamu ke barat, saya ke timur...:)

Dan suami pun senyum...hehehehhe...saya yakin dia mengerti gundahnya seorang calon ibu...:)

Semoga Allah SWT memberikan petunjukNya selalu kepada kami berdua.

1 comment:

Greiche Gege said...

Hihihi..Ve..
suamimu pas ditanyain lg maen world of craft..yah jawabannya ngga konsen..
btw aku dulu pas hamil getol banget main simulation game/strategy game kayak zeus,pharaoh dsb,trus ditanyain ama suami gimana ntar klo dah ada anak,aku jawabnya.."ntar aja mas klo udah klaar maennya,oke?"..hihihi