January 20, 2006

my reason

“Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya syaithan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS Fathir: 6).

Saya sempat pernah berkenalan dengan seorang teman.Mengenalnya lewat sebuah chat room,kebetulan kami sering bertegur sapa jika sedang Online di yahoo mesenger.

Setelah beberapa kali berkenalan, akhirnya sempat pula kami share satu smaa lain. Dia menceritakan tentang harapannya untuk menikah bulan juni nanti.Insya Allah, dia keturunan turki dan dijodohkan oleh keluarganya dengan seseorang muslimah.Amiin,Semoga proses nya lancar yah brother.

Lama-lama pertemanan kami terjalin hingga saat ini,via yahoo mesenger.
Akhirnya terkadang kami sering menanyakan satu sama lain tentang keadaan keluarga masing-masing,hingga suatu waktu kebetulan dia bersama adiknya, seorang muslimah juga....dan kamipun berkenalan.

Tiba-tiba sister ini menanyakan untuk bisa ber-cam ria dengan saya...Lalu saya bilang duh...kalo ada ikhwannya...maaf saya tak bisa,saya harus ijin dengan suami.Kebetulan saat ini dia sedang bekerja,jadi kalo memang mau berwebcam ria...harus seijin suami.

Cukup kaget dan surprise juga sister ini menyimak penuturan saya dan alasan saya.
Karena dia pikir lah kan cuma cam saja, dan lagian ada saya ....jadi kenapa pula harus seijin suami?

Terus terang, kalo bercam dengan akhwat atau dengan keluarga saya memang sering melakukan...setiap adik saya atau ibu online pasti saya menggunakan cam.Atau dengan sesama muslimah, saya sering mengajak webcam. Tetapi dengan sosok laki-laki...boleh dibilang saya menghindarinya.

Seperti ayat diatas, setan itu cukup jelas musuh yang nyata buat kita.
Saya sempat juga mendengar curhat seorang ikhwan tentang istrinya.
Dalam hal ini dia memang meminta saran saya bagaiman menyingkapi ini semua, akhirnya dengan sedikit penjelasan dan sayapun menyarankan dia untuk banyak membaca sebuah buku yang saya pikir cukup bagus buku ini.
Saya mendapat buku ini dari seorang sahabat saya, bu dokter gigi...:)..jazakillah yah ukhti atas hadiahnya.
Alhasil saya senang sekali membaca buku itu dan banyak yang bisa diambil dari buku itu.
So, selain saya memberikan sedikit pengalaman saya juga bagaimana menyingkapi problem brother ini, saya pun memberikan inisiatif untuk membaca buku itu. ( Saling memahami dalam bahtera RT karya DR.Makmun Mubayidh ).

Sampai disini saya cukupkan pembahasan tentang curhat teman saya itu.

Yang ingin saya garis bawahi adalah : terkadang kita mungkin suka terlupa...seperti apa interaksi yang sebaiknya berlangsung antara ikhwan dan akhwat.Apalagi kita yang sudah menikah...suka kebablasan dan terkadang bercerita dengan tanpa jeda (baca : teman tapi mesra ).
Ups...Astaghfirullah....:)...jangan sampai yah kita terjerumus.

Kita tak sadar...kalau sebenarnya saat itu kita terbawa arus...sehingga dengan mudah bercurhat ria dan menceritakan sampai masalah-masalah pribadi sekali dengan lawan jenis.

Curhat boleh-boleh saja...apalagi yang berkenaan dengan sebuah problem dalam kehidupan.
Semisal problem kuliah, problem rumah tangga,problem anak, dsbnya.
Ada baiknya curhat dengan sesama jenis ( dalam hal ini sesama muslimah ). Atau kalau mau lebih enak curhat dengan ahlinya, seperti ustadz atau ustadzah.

Adab curhat pun mesti dijaga....kita boleh menasehati dan mengingatkan terhadap saudara kita seiman...itu dalam kerangka berfastabiqul khair.
Namun lihat adab-adabnya,dan itu semua demi kebaikan sesama.

Saya pernah mendengar seorang teman saya menyampaikan dia acapkali ngobrol dan terkadang frekwensi curhatnya tiap waktu dengan lawan jenis.Anggaplah dia menganggap itu sebagai brother in islam.
BTW, saya rasa hal ini perlu ditanggapi serius....saya merasa...ada baiknya interaksi antara lawan jenis perlu dijaga.
Saya memang pernah curhat dan ngobrol dengan lawan jenis...tapi itu dia tadi frekwensi waktunya tidak sesering mungkin.

Lalu dalam hal 'canda'....sayapun terkadang berusaha meminimalisir candaan dengan lawan jenis....terkadang dilematis antara sikap terlalu kaku dan juga sikap familiar.
Semisal ketika kita bertegur sapa dengan seorang ikhwan, lalu diselingi candaan....aturlah pembicaraan hingga tidak sampai ke tahap yang menjurus ke privasi.

Sayang sekali jika bentuk perbincangan dalam sebuah interaksi lawan jenis yang tadinya hanya diniatkan untuk dalam kerangka berfastabiqul khair..menjadi jalan untuk setan menyesatkan hati kita.

So, teruntuk saudaraku...inilah alasan saya tidak bercam ria dengan ikhwan.
Dan tulisan ini senantiasa untuk sekedar mengingatkan diri saya pribadi.

Wallahu'alam bishawab

note : ikhwan = laki-laki , akhwat = wanita.

Sun flower

(picture taked from islamicfinder)


Wassalamu'alaikum.wr.wb.

4 comments:

Anonymous said...

Islam sebagai agama yang sempurna selalu punya solusi preventif untuk menghindari godaan syetahan yang terkutuk. Laki dan perempuan hukum asalnya terpisah, kecuali dalam hajjah syar'i: jual beli, pendidikan & kesehatan.

kalo kita sendiri reflex, saat suami kerja, kita sibuk ngobrol termasuk dg lelaki non mahram di dunia maya, apakah hati kita rela kalo suami kita melakukan itu? nah loh....

itu melanggar perintah Allah & kehidupan yang sempit dan sulitlah yang akan kita dapat saat ketidaktaatan kita lakukan kepada DIA SWT Yang Maha Tahu & Maha Penguasa

Sr.NF

Ummu Aisyah said...

terima kasih ingatannya, saya tidak sering ngobrol dengan ikhwan,kesibukan saya sendiri sudah cukup banyak dirumah,...kalaupun ngobrol itu dalam kerangka mencari Ilmu dan menanyakan permasalahan komputer or blog.selebih nya ngobrol dengan akhwat untuk mencari resep makanan...:)..btw...makasih banget diingatkan.

Klinikana said...

jazakumullah tulisannya, juga commentarnya

insya Allah ini peringatan bagi kita semua, terutama ana pribadi

Ummu Aisyah said...

sama-sama mas...and makasih juga komentar dan kunjnugannya...